Kamis, 19 November 2020

ANTIHISTAMIN I (TURUNAN ETILENDIAMIN DAN KOLAMIN)

   Apa Itu Histamin ???

 Histamin adalah senyawa yang ada dalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basofil. Histamin dikeluarkan dari tempat pengikatan ion pada kompleks heparin- protein dalam sel mast, sebagai hasil reaksi antigen-antibodi, bila ada rangsangan senyawa alergen. Senyawa alergen dapat berupa spora, debu rumah, sinar ultra-violet, cuaca, racun, tripsin dan enzim proteolitik, detergen, zat warna, obat, makanan. Sumber histamin dalam tubuh adalah histidin yang mengalami dekarboksilasi menjadi histamin.

 Selain di sel mast, histamin cepat mengalami perubahan dan tidak disimpan. Hampir semua organ dan jaringan mengandung histamin, terutama dalam sel mast (terikat & inaktif) .   

   Definisi Antihistamin

 Antihistamin (antagonis histamin) adalah obat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan cara memblokir reseptor histamin.

pembagian Antihistamin 

Antihistamin dibagi menjadi  :

1.  Antagonis H1

Antagonis H1 adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Antagonis H1 bermanfaat untuk mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca. Antagonis H1 ini juga digunakan sebagai antiemetik, antimabuk, anti Parkinson, anti batuk, sedativ, antipsikotik dan anestetik.

 Efek samping antagonis H1, yaitu mengantuk, kelemahan otot, gangguan pada waktu tidur, gelisah, tremor, iritasi, kejang dan sakit kepala.

Contoh obat :

1.   Difenhidramin HCl

Merupakan antihistamin kuat yang mempunyai efek sedative dan antikolinergik. Senyawa ini digunakan untuk pengobatan berbagai kondisi alergi, seperti pruritic, urtikaria, ekzem, dermatitis atopic, rhinitis, untuk antispasmodic, antiemetic dan obat batuk. Difenhidramin diikat oleh plasma protein 80-98%, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 1-4 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro eliminasi 9 jam.

2.    Dimenhidrinat (Dramamin, Antimo)

Merupakan garam yang terbentuk dari difenhidramin dan 8-kloroteofilinat. Dimenhidraminat digunakan untuk antimabuk, diberikan 0,5 jam sebelum berpergian dan antimual pada wanita hamil. Efek farmakologis ini tidak berhubungan dengan aktivitas antihistamin dari difenhidramin. Dosis 50-100 mg 3-4 dd.

3.  Karbinoksamin maleat (Clistin)

Mengandung satu atom C asimetrik yang mengikat dua cincin aromatic. Bentuk yang aktif adalah isomer dengan konfirgurasi S karena dapat berinteraksi secara serasi dengan reseptor H1. Karbinoksamin menimbulkan efek sedasi yang lebih ringan dibanding difenhidramin.

4.  Klorfenoksamin HCl

Penyerapan dalam saluran cerna rendah sehingga untuk memperoleh efek sistemik diperlukan dosis cukup besar. Klorfenoksamin lebih sering digunakan secara setempat untuk antipruritic dan antialergi. Obat ini juga digunakan untuk analgesic karena mempunyai efek anestesi setempat.

5.  Klemastin Fumarat

Merupakan antihistamin H1 kuat dengan masa kerja lama. Klesmatin digunakan untuk memperbaiki gejala pada alergi rhinitis, dermatosis, seperti pruritic, urtikaria, elzem, dermatitis. Klemastin diserap secara cepat dan sempurna pada saluran cerna, kadar plasma tertinggi dicapai setelah 5-7 jam, dengan masa kerja lamnya 10-12 jam.

2.   Antagonis H2

Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat interaksi histamine dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Secara umum, digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus.  

Efek samping antagonis H2, yaitu  diare, nyeri otot dan kegelisahan. 

Mekanisme kerja :

Sekresi asam lambung di pengaruhi oleh histamine, gastrin dan asetilkolin. Antagonis  H2 menghambat secara langsung kerja histamine pada sekresi asam dan menghambat kerja potensiai histamine pada sekresi asam, yang dirangsang oleh gastrin atau asetilkolin.

Farmakokinetik

    Antagonis H2 di absorpsi secara cepat dan baik setelah pemberian oral konsentrasi puncak plasma di capai dalam waktu 1-2 jam. Waktu paruh eliminasi ranitidine, simetidin dan famotidine kurang lebih 2-3 jam sedangkan nizatidin lebih pendek yaitu 1,3 jam. Walaupun obat-obat ini mengalami metabolism hepatic, obat-obat ini di eksresikan dalam jumlah besar di urin dalam bentuk utuh sehingga pada gangguan perlu dilakukan penyesuaian dosis.

Contoh obat :

1.     Cimetidine

Cimetidine adalah golongan obat dari kelas penghambat H2 (Antagonis H2). Cimetidin bekerja dengan cara mengurangi produksi asam lambung yang berlebih akibat penghambatan reseptor histamin-H2. Cimetidin masuk kedalam SSP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20% dari kadar serum. Sekitar 50-80% dari dosis IV dan 40% dari dosis oral diekskresi dalam bentuk asal dalam urin. Masa paruh eliminasi sekitar 2 jam.

2.    Famotidine

Merupakan antagonis H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung pada keadaan basal. Famotidine mencapai kadar puncak di plasma kira-kira dalam 2 jam setelah penggunaan secara oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam dan bioavailabilitas 40-50%. Metabolit utama adalah famotidine-S-oksida. Setelah dosis oral tunggal, sekitar 25% dari dosis di temukan bentuk basal di urin. Pada pasien gagal ginjal berat masa paruh eliminasi dapat melebihi 20 jam.

3.    Ranitidine

Ranitidin bekerja menghambat reseptor histamin H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan dari reseptor histamin H2 ini akan merangsang sekresi asam lambung sehingga dengan adanya ranitidine sebagai antagonis dari reseptor histamin ini, maka akan terjadi penghambatan sekresi asam lambung. Dengan kadar puncak dalam plasma yang dicapai dalam 1-3 jam penggunaan 150 mg ranitidine oral. 15% dari ranitidine akan terikat oleh protein plasma. Metabolisme lintas pertama terjadi di hati dalam jumlah yang cukup besar setelah pemberian oral.

Berdasarkan strukturnya antihistamin digolongkan menjadi :

1.     Eter amino alkil (kolamin)

 

· Golongan ini mempunyai aktivitas antikolinergik nyata, yang mempertinggi aksi pengeblokan reseptor H1  pada sekresi eksokrin.

·  Efek samping pemakaian eter amino alkil tersier adalah mengantuk, sehingga dipergunakan sebagai pembantu tidur pada obat tanpa resep.

·      Contohnya : Difenhidramin HCL, Karbinoksamin Maleat, dan Klemastin Fumarat

Diphenhydramin

Farmakodinamik

          Obat diphenhydramine berperan sebagai antagonis reseptor histamine H1. Diphenhydramine bersaing dengan histamine untuk menempati resptor histamine H1 disaluran cerna, uterus, pembuluh darah besar dan bronkus. Ikatan obat diphenhydramine dengan reseptor histamine H1 mengurangi efek negative yang diakibatkan oleh ikatan histamine bebas dengan reseptor histamine H1 seperti reaksi inflamasi, vasodilator, bronkokonstriksi dan edema. Ikatan antihistamin dengna reseptor histamine dapat mengurangi faktor transkripsi respons imun NF- kβ melalui fosfolipase C. jalur sinyal fosfatidilinositol (PIP2) dapat mengurangi presentasi antigen dan mengurangi pengeluaran sitokin pro inflamasi dan faktor kemotaksis. Antihistamin diphenhydramine dapat melewati sawar otak dan dapat berikatan dengan reseptor histamine H1 di otak sehingga dapat menyebabkan efek sedasi.

Diphenhydramin memiliki efek antikolinergik yang lebih besar dibandingkan dengan golongan antihistamin lain. Efek kolinergik ini berperan sebagai antidiskinesia untuk mengurangi gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan obat antipsikosis dalam waktu lama. Efek antidiskinesia dapat mengurangi gejala penyakit Parkinson.

Farmakokinetik

-     Absorbsi

Obat di absorpsi di saluran pencernaan. Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak sekitas 1-4 jam.

-     Distribusi

Diphenhydramin didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh termasuk system saraf pusat. Obat ini berikatan dengan protein plasma 98-99%.

-     Metabolisme

Metabolismenya terjadi di hati. Diphenhydramine dapat dimetabolisme di hati menjadi N-Desmetildiphenhydramine dan dipfenhidramin N-glukoronida.

-     Ekskresi

Diphenhydramine di ekskresikan melalui urin dalam bentuk metabolit walaupun sebagian kecil bisa berbentuk obat utuh.

-     Waktu paruh

Waktu paruh eliminasi dari tubuh : 2,4-9,3 jam

2.    Etilendiamin 

Efektivitas tinggi, penekanan sistem saraf pusat dan iritasi lambung jg besar. Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal. Antihistamin tipe piperazin, imidazolin dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin. Pada kebanyakan molekul obat adanya  nitrogen kelihatannya merupakan kondisi yang diperlukan untuk pembentukan garam yang stabil dengan asam mineral. Gugus amino alifatik dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis. Elektron bebas pada nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik.

 Contoh obat

1. Antazolin HCL (Antistine) 

Mempunyai aktivitas antihistamin yang lebih rendah dibandingkan etilendiamin lain.  Antazolin mempunyai efek antikolinergik dan lebih banyak digunakan untuk pemakaian setempat dan dua kali lebih besar dibanding prokain HCl. 

2. Tripelenamin HCl (Azaron, tripel)

Mempunyai efek antihistamin sebanding dengan difenhidramiin dengan efek samping yang lebih rendah. Tripelenamin juga digunakan untuk pemakaian setempat karena mempunyai efek anestesi setempat. Efektif untuk pengobatan gejala alergi ulit, seperti pruiritis dan uritakaria kronik.

3. Mebhidrolin nafadisilat

Senyawa ini tidak menimbulkan efek analgesic dan anestesi setempat. Mebhidrolin digunakan untuk pengobatan gejala pada alergi dermal, seperti sermatitis dan eksem, konjungtivistis dan asma bronkinial. Penyerapan obat dalam saluran cerna relative lambat karena plasma tertinggi dicapai setelah kurang lebih 2 jam dan menurun secara bertahap sampai 8 jam.

Supaya gak bosan, yuk tonton video dibawah ini !!! 

DAFTAR PUSAKA

Kee, J.L dan E.R. Hayes. 1996. Farmaope : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta :        EGC.

Sari,F dan S.W. Yenny. 2018. Antihistamin Terbaru Dibidang Dermatologo. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 7(4) : 61-65.

Siswandono. 2016. Kimia Medisinal 2 Edisi 2. Surabaya : Airlangga University.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008. Kuliah Farmakologi Edisi 2. Jakarta : EGC.

PERMASALAHAN !!!

1.   Kenapa penambahan gugus metil akan bisa meningkatkan aktivitas antihistamin ?bagaimana cara meningkatkan kerja senyawa yang bersifat antihistamin ini ?

2.  Mengapa antihistamin H1 bisa menimbulkan efek sedative. Dan apakah antihistamin H1 per oral bisa digunakan pada balita untuk mengobati penyakit alergi yaitu mencegah mengi atau asma ? atau adakah solusi lain untuk mengatasi alergi pada balita ini!

3.  Diphenhydramin memiliki efek antikolinergik yang lebih besar dibandingkan dengan golongan antihistamin lain. Mengapa demikian ? bisakah diphenhydramine digunakan mengurangi gejala penyakit Parkinson ? 

 



66 komentar:

  1. Bagus banget kak, menambah wawasan baru bagi pembaca 😊

    BalasHapus
  2. Terimakasih, sangat membantu dan dapat memahaminya karna telah di berikan gambar-gambar agar tidak membuat pembaca bosan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kasih mat🙏
      Nantikan lah episode selanjutnya 😂

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  5. Sangat yahutt...smoga bermanfaat buat semua orang ..terutama adx saya yg lagi kulyah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih bang🙏
      Pasti adek nya bangga punya Abang gini
      Semangat berkarya💪

      Hapus
  6. Balasan
    1. Terima kasih kak🙏
      Semoga bisa menambah wawasan kita semua🙏

      Hapus
  7. Izin menjawab pertanyaan no 1 cindy zulfa.
    Apa perbedaan antihistamin generasi pertama dan generasi kedua? yaitu berbeda secara signifikan. Dimana antihistamin Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) yang lebih besar dibanding generasi kedua. generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak. Oleh karena itu anthitamin generasi kedua lebih banya direkomendasikan karena memiliki efek samping yang lebih sedikit, terutama sedasi.
    Terimakasih semoga membantu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh
      Terima kasih banyak atas jawabannya Pela🙏
      Semoga bisa membantu rekan rekan yg lain untuk lebih mudah memahami materi anti histamin ini

      Hapus
  8. Terimakasih infonya kak sangat menambah wawasan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak 🙏
      Jangan bosan bosan berkunjung ya🙏

      Hapus
  9. Terima kasih kak. Informasinya sangat membantu.

    BalasHapus
  10. Izin menjawab pertanyaan nomor 2:))
    Saya Emi Efrini F1F118041

    Menurut Handayani ( 2019 ),Ketika mastcell pecah, histamin akan terlepas dengan jumlah yang banyak sehingga akan menimbulkan efek seperti di bawah ini:
    1. Kontraksi otot polos bronchi, usus dan uterus

    2. Vasodilatasi semua pembuluh darah, dengan akibat hipotensi

    3. Memperbesar permeabilitas kapiler, yang berakibat udema dan pengembangan mukosa

    4. Memperkuat sekresi kelenjar ludah, air mata dan lambung

    5. Stimulasi ujung saraf dengan akibat erytema dan gatal – gatal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih emi sudah memberikan penjelasan nya mengenai pertanyaan no 2.
      Saya ingin menambahka bahwasanya selain faktor di atas ada beberapa faktor yg menyebabkan keluarnya histamin dari sel mast, yaitu
      1. Rusaknya sel, seperti terjadinya luka maka histamin akan banyak dibentuk pada jaringan itu dg cepat untuk melakukan perbaikan
      2. Adanya senyawa kimia
      Banyak nya obat bersifat antigenik sehingga bisa melepaskan histamin dari sel mast
      3. Adanya reaksi hipersensitiv, orang yg mudah terkena alergi maka histamin akan akan banyak dibebaskan sel mast
      4. Adanya faktor lain seperti adanya sinar UV, radiasi yang bisa merusak sel sehingga sel mast akan melepaskan histamin

      Hapus
  11. izin menjawab pertanyaan nomor 3 cindy. jelaskan perbedaan antara reseptor histamin H1, H2, H3 dan H4!yaitu Reseptor H1 dan H2 terletak di seluruh tubuh; terutama di otot polos, endotelium dan mukosa lambung. Tetapi, H3 bersifat presinaptik, dan H4 bersifat hematopoietik. Reseptor H3 terutama terletak di saraf di usus sedangkan reseptor H4 terutama terletak pada sel darah putih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Selly sudah memberikan penjelasan🙏
      Selain yang sudah dijelaskan tadi, ada beberapa perbedaan dari ke 4 reseptor histamin itu
      1. H-1 mengakibatkan kontraksi oleum, menimbulkan rasa gatal, asma disebabkan alergi
      2. H-2
      Bisa menghambat sintesis antibodi, relaksasi otot polos
      3. H3
      Menurunkan pelepasan asetilkolin
      4. H4
      Memediasi kemotaksi sel mast


      Hapus
  12. Di taman ada bunga matahari
    Blog anda bermanfaat sekali

    BalasHapus
  13. Waaah terimakasih kak, ilmunya sangat bermanfaat sekali🥰

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak cia🙏
      Jangan bosan bosan berkunjung ya

      Hapus
  14. -artikel hanyalah sebuah kefanaan semata
    -yang akan hilang dimakan usia
    -sejak dari dulu kala aku merasa merana
    -akan kekecewaan hati yang terlukaa
    -mungkin aku terlalu berharap akan sosoknya
    -namun apalah daya dia sudah ada yang punya

    "kecewa"karya akram praja sakti

    btw artikelnyaa sangat menarik bund dilengkapi demgan video yang menarik nan asyik

    BalasHapus
  15. Terimakasih ndy,sangat bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mengunjungi blog saya
      Semoga artikel nya bisa dipahami🙏

      Hapus
  16. Izin bertanya 🙏🙏

    Gimana cara memilihi obat antihistamin yang tepat untuk alergi seperti bersin bersin ataupun hidung berair ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mengunjungi blog saya
      Baik lah izin menjawab pertanyaannya
      Yg pertama tentunya kita harus memilihi antihistamin yang cocok dengan gejala alergi yg kita rasakan, seperti yg anda jelaskan tadi bahwasanya gejala yg dirasakan yaitu bersin bersin dan hidung berair maka anti histamin yg cocok dg gejala ini yaitu diphenhydramine karena obat ini bisa membantu meredakan reaksi alergi seperti bersin bersin. Dan diphenhydramine bisa didapatkan di apotek.
      Selan itu, juga bisa memilih bentuk sediaan nya seperti gunakan semprotan antihistamin karena biasanya efektif untuk langsung menangani hidung berair dan gejala alergi lain yg terkait dg hidung.

      Hapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  18. Izin mencoba menjawab pertanyaan no.6, menurut sumber yang saya baca, keefektifan dari sediaan antihistamin oral dan topikal dalam mengobati pilek, tergantung dari parah/tidaknya pilek yang diderita pasien tersebut, selain itu juga dilihat dari pasien yang menggunakan nya, seperti pasien anak-anak yang biasanya tidak nyaman dalam bentuk sediaan oral dapat diberikan berupa bentuk topikal ataupun sebaliknya, tergantung dari kenyamanan pasiennya. Umumnya antihistamin oral memiliki efektivitas yang lebih baik dalam pengobatan pilek dibandingkan yang topikal. Namun hal ini juga dapat berubah tergantung dari kondisi pasien yang menggunakan nya.
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Niken sudah membantu menjawab pernyataan nya
      Terima kasih atas penjelasannya
      Izin menambahkan sedikit jawaban dari Niken,selain dari bentuk sediaan nya, menurut referensi yg saya baca, keefektifan ini juga tergantung dari jenis obat antihistamin yg akan di gunakan, biasanya untuk mengobati pilek ini lebih baik menggunakan antihistamin H1karena reseptor histamin h1 ini akan menghalangi efek histamin, efek anti alergi. Sepeti pilek ataupun bersin bersin. Efek kerja dari obat oral ini berkisar dari 1-3 jam tergantung dari jenis histamin yg digunakan.
      Kemudian untuk antihistamin topikal seperti intranasal ternyata memiliki omset cepat yaitu 15 menit sehingga lebih efektif dari pada antihistamin oral untuk gejala pilek.

      Hapus
  19. Tidak semua obat bisa cocok dikonsumsi oleh pasien, bisa saja menimbulkan efek alergi, bagaimana cara mengatasi alergi pada obat ini, apakah bisa dg menkonsumsi obat antihistamin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sebelumnya sudah menyempatkan waktu untuk mengunjungi blog saya🙏
      Izin menjawab pertanyaannya
      Alergi pada obat ini bisa terjadi ketika kekebalan tubuh mengeluarkan reaksi yg berlebihan terhadap obat yg sudah di konsumsi itu. Hal ini bisa terjadi karena sistem kekebalan tubuh menganggap zat yg ada dalam obat sebagai sesuatu yg membahayakan tubuh. Obat yg seperti ini itu contoh nya vaksin,aspirin ataupun insulin. Gejala yg bisa timbul itu biasanya seperti gatal gatal, muncul tuan pada kulit, batuk batuk, demam. Jadi cara mengatasi nya yg pertama kita harus menghentikan pemakaian obat yg menimbulkan alergi itu. Selain itu mengkonsumsi obat antihistamin juga bisa untuk menghambat reaksi sistem imun yg aktif akibat reaksi alergi tadi. Obat kortikosteroid juga bisa mengatasi peradangan akibat alergi.
      Jika reaksi alergi yang timbul itu parah, maka harus secepatnya menghubungi dokter, biasanya dokter akan meresepkan suntikan epinefrin.
      Nah, untuk mencegah terjaidnya alergi obat lagi, sebaik kota cari tahu apa kandungan obat itu yg bisa membuat kita alergi.
      Terimakasih
      Semoga jawaban nya bisa membantu

      Hapus
  20. izin menjawab soal nomor 3
    Reseptor Histamin H1: Reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syarafpusat.   Bila   histamin   berikatan   dengan   reseptor   ini,   maka   akan   mengakibatkan   vasodilasi,bronkokonstriksi, nyeri, gatal pada kulit. Reseptor ini adalah reseptor histamin yang palingbertanggungjawab terhadap gejala alergi.

    Reseptor   Histamin   H2:   Ditemukan   di   sel-sel   parietal.   Kinerjanya   adalah   meningkatkan sekresi asam lambung

    .Reseptor   Histamin   H3:   Bila   aktif,   maka   akan   menyebabkan   penurunan   penglepasanneurotransmitter, seperti histamin, asetilkolin, norepinefrin, dan serotonin.

    Reseptor   Histamin   H4:   Paling   banyak   terdapat   di   sel   basofil   dan   sumsum  tulang.   Jugaditemukan   di   kelenjar   timus,   usus   halus,   limfa,   dan   usus   besar.

    BalasHapus
  21. Terimakasih, artikelnya bagus dan mudah untuk di pahami.

    BalasHapus
  22. Terima kasih,artikelnya menarik dan bermanfaat banged👌

    BalasHapus
  23. Saya alergi terhadap udang, setelah mengkonsumsi obat antihistamin tapi alergi tidak bisa sembuh sembuh, mengapa obat antihistamin tidak bisa mengatasi alergi saya itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mengunjungi blog saya🙏
      Semoga bisa menambah wawasan
      Izin menjawab pertanyaan🙏
      Alergi pada makanan itu reaksi alergi yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh kita keliru merespons protein yang berasal dari makanan dan menganggapnya sebagai suatu ancaman. Salah satu reaksi alergi yang muncul bisa berupa rasa gatal dan ruam pada kulit. Contohnya seperti yang saudara rasakan.
      jika saudara sudah memiliki riwayat alergi ini dari kecil dan kemungkinan normalnya alergi tersebut akan muncul kembali walaupun sudah lama tidak kambuh.

      Disarankan untuk tidak memberikan obat tanpa resep dokter, pemberian obat antibiotik pada kasus alergi merupakan tindakan yang tidak tepat, karena alergi bukan disebabkan infeksi kuman atau bakteri.

      Jadi, ada baiknya lakukan pemeriksaan kepada dokter kembali untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dan perlu diketahui juga alergi tidak dapat disembuhkan secara total, namun alergi hanya bisa dihindari. Pengobatan alergi yang dilakukan hanya membantu mengurangi gejala yang ditimbulkan saja bukan penyebabnya.

      Hapus
  24. Informasinya jelas,menambah wawasan pembaca,ditunggu konten selanjutnya

    BalasHapus
  25. Artikelnya sangat menarik dan mudah difahami

    BalasHapus
  26. Izin menjawab pertanyaan nomer 1. Generasi pertama memiliki efek samping seperti mengantuk dan sedasi karena melewati sawar darah otak. Sedangkan anithistamin generasi kedua yang dikenal sebagai antagonis H1 non-obat penenang, karena melewati sawar darah otak jauh lebih kecil dari generasi pertama sehingga menurunkan efek kantuk dan sedasi. Antihistamin H1 generasi kedua juga lebih disenangi karena baik dari segi aktivitas antialergi, antiinflamasi, dan profil keamanannya lebih baik dan terbukti efektif dalam pengobatan alergi akut dan profilaksis jangka panjang. Antihistamin H1 generasi kedua juga dapat diberikan dalam situasi khusus seperti kehamilan dan menyusui

    BalasHapus
  27. Wahhh bagus sekali artikelnya kakak:)) sangatt bermanfaat untuk kelangsungan hidup ini :") semangattt terusssss!!

    BalasHapus
  28. Hallo cindy, artikelnya sangat bermanfaat😉

    BalasHapus
  29. Terimakasih untuk materinya kakk, sangat membantu menambah wawasan

    BalasHapus
  30. Sangat bermanfaat, terima kasih ilmunya

    BalasHapus
  31. Terimakasih banyak atas ilmunya, artikelnya sangat bermanfaat 🙏🏻

    BalasHapus
  32. Terimakasih banyak artikelnya sangat membantu

    BalasHapus
  33. Terimakasih banyak artikelnya sangat membantu

    BalasHapus
  34. Artikelnya sangat bermanfaat, rajin rajin bikin blo yaa 😄

    BalasHapus
  35. Makasih banyak loh artikelnya sangat menarik dan membantu sekali

    BalasHapus

RHEUMATOID ARTHRITIS

  Definisi Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit autoimun yang memerlukan pengobatan dan control jangka panjang. Penyakit ini ditanda...